Trijayanews.id, Jakarta – Demam batu permata atau yang dikenal batu akik belum “sembuh”, meski temperaturnya tak sepanas pada sekitar sewindu lalu. Untuk itu, diperlukan dukungan pemerintah dan para pihak, guna meningkatkan kembali kegairahan sektor perbatuan hias ini.
Terlebih kekayaan alam jenis batu-batuan permata ini begitu melimpah dan tidak sebanyak dipunyai negara lain. Perlu diketahui, endemik batu antara daerah satu dengan lainnya memiliki ciri khas dan keindahan masing-masing.
Salah satu langkah ini, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) menggelar pameran batu akik bertema ‘Bangkitkan lagi Perbatuan Permata Nusantara’. Ajang yang digelar pada 2-5 Maret, bertempat di Kartika One Hotel, Lenteng Agung, Jakarta Selatan itu, didatangkan dari berbagai penjuru Nusantara.
Berkenan membuka pameran Rulli Nuryanto, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro (KemenkopUKM). Menurutnya, kegiatan pameran ini merupakan upaya pemerintah membina dan terus menumbuhkan kewirausahaan sektor UMKM, termasuk sektor batu permata.
Kementerian Koperasi terus konsisiten membina para pelaku usaha UMKM dan mempromosikan, baik di dalam maupun luar negeri. Sehingga karya terbaik dari para desiner dan perajin terus dikenal kepada masyarakat umum dan dunia,” ujarnya.
Dalam pameran yang berlangsung selama empat hari itu, diikuti sekitar 30 perajin dengan menampilkan berbagai produk unggulannya. Batu tersebut diantaranya jenis kecubung, king safir, dan red borneo dari Kalimantan, black opal dan kalimaya dari Banten, serta bacan doko, bacan obi, dan bacan palamea dari Maluku Utara, serta dari Nabire-Papua.
Rulli menambahkan, Indonesia memang dikenal mempunyai aneka ragam jenis batu mulia. “Jadi tidak heran jika para kolektor dan pedagang dunia banyak yang mencari berbagai jenis batu mulia berkualitas, bagus dan memiliki nilai jual tinggi,” ujarnya lagi.
Adapun Ketua Penyelenggara Hendra Iwan Putra mengatakan, dalam gelaran itu dipamerkan sekitar 100 jenis batu permata. Dia juga menjelaskan, sedikitnya ada 45 jenis batu mulia yang asli dari bumi Indonesia. Tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku hingga Papua dengan ciri khas masing-masing daerah.
Masih kata pengggelut usaha bidang batu permata yang sudah puluhan tahun, bahwa kita memiliki sekitar 250 endemik/wilayah batu permata. Imbuh Hendra yang memiliki 3 toko permata ini, bahwa “Pada pameran ini kita menampilkan 25 stand. Sedangkan batu-batu permata yang dipamerkan dari segi harga variasi. Mulai banderol mulai harga puluhan ribu hingga puluhan juta,” ujarnya.
Masih diungkap Hendra, kenapa pihaknya terus berupaya mengkampanyekan gairah batu permata, karena sektor ini bisa membangkitkan perekonomian masyarakat. Dikatakan ada jutaan orang yang terlibat didalamnya.
Namun begitu, ia menyayangkan karena pemain besar di sektor ini masih orang luar bukan kita. “Karena itu kami perlu jembatan, siapa lagi kalau bukan pemerintah. Sering-seringlah digelar acara seperti ini dan ajak juga kami pameran di luar negeri,” pinta seniman dan desainer batu permata ini.
Kontes Permata
Seperti pada pameran-pameran sebelumnya, kali ini juga digelar kontes. Menurut Hendra, selama pihaknya menggelar pameran, pasti ada tim juri yang menyertai. “Merekalah yang menilai dan menambah ajang semakin menarik dan geregetnya pameran,” ujarnya.
Kontes tersebut terbuka untuk umum. Mereka adalah pelaku, yakni para pengrajin dan penghobi atau pemakai batu permata untuk dinilai keunggulannya. Yang berhasil sebagai pemenang disediakan hadiah hingga puluhan juta. Biasanya kata Hendra, batu permata yang menjadi pemenang kontes harganya akan makin tinggi.
Sedangkan menurut juri yang terlibat kontes, yakni Kristop atau Itop dan Ilham, kriteria penilaian meliputi dua macam. Kategori Batu Bergambar dan Batu Bening. Untuk yang bergambar para juri akan menilai keunikan, keindahan dan kualitas batunya.
Tetapi baik, Itop maupun Ilham sepakat, bahwa hingga saat ini tidak ada standar baku yang diterima semua pihak. Terkait pemberian nilai kualitas batu permata berwarna, termasuk juga batu mulia seperti batu akik (agate) dan juga batu coral ataupun fosil kayu.
“Namun begitu, standar yang berlaku secara luas, termasuk pada ajang pameran dan lomba batu permata dan batu akik yang selama ini banyak digelar di Indonesia,” ujar Ilham dan diangguki oleh Itop.*