Bogor, TrijayaNews.id – Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk memperkuat kemitraan, sinergi, dan kolaborasi antara usaha kecil (UMKM) dengan usaha besar dalam rantai pasok industri.
“Usaha kecil dan besar harus terintegrasi, bukan bersaing,” tegas Teten, pada acara Rapimprov II-2021 Kadin Jawa Barat bertema Sinergi Merajut Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19 – Pulih, Bangkit, dan Juara, yang diselenggarakan International Chamber of Commerce (ICC) Indonesia dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat, di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (8/12).
Di acara yang dihadiri Presiden International Chamber of Commerce (ICC) Indonesia Ilham A Habibie, MenKopUKM merujuk hal itu tercipta di Jepang, Korsel, dan China, dimana UMKM disana menjadi bagian terintegrasi dalam rantai pasok industri.
“Kita harus belajar dengan Jepang, Korea Selatan, dan China. UMKM-nya menjadi bagian rantai pasok industri, mulai dari hulunya. Bahkan, di Jepang, UMKM menyediakan komponen otomotifnya,” ungkap Teten.
Oleh karena itu, Teten berharap, UMKM ke depan juga harus terhubung ke dalam rantai nilai industri dalam negeri dan global. “Kita sudah menyiapkan UMKM agar masuk ke rantai nilai industri dengan melakukan piloting bersama 9 BUMN,” imbuh Teten.
BUMN tersebut adalah Pertamina, Krakatau Steel, PLN, Perhutani, Kimia Farma, RNI, BRI, dan Telkomsel. Ada juga kemitraan dengan sejumlah perusahaan swasta, seperti Teras Indonesia IKEA, Uniqlo Neighborhood Collaboration Corner, MNC Group, Accor Group, dan sebagainya.
“Dalam UU Cipta Kerja, ada insentif bagi usaha besar yang melakukan kemitraan produktif dengan UMKM,” tukas MenKopUKM.
Selain itu, Teten juga menyebutkan bahwa pihaknya terus menggulirkan aneka program dalam pengembangan UMKM agar memiliki daya saing, tak sekadar untuk bertahan hidup.
“Kita harus mengurangi jumlah usaha mikro dengan cara scalling-up ke sektor formal. Dalam hal ini, Pemda harus besarkan usaha mikro dengan pengembangan produk unggulan dan khas daerah masing-masing,” kata MenKopUKM.
Teten mengakui, gap antara usaha kecil dan besar terlalu besar. Pelaku usaha mikro dan kecil kalah dalam hal akses pembiayaan, SDM, hingga proses produksi yang belum moderen. Sehingga, lapangan kerja yang tercipta pun kurang berkualitas dan tidak berdaya saing.
Dimana sekitar 97% penyerapan tenaga kerja Indonesia ada di sektor informal. “Oleh karena itu, kita akan terus bangun UMKM agar lebih produktif,” tandas Teten.
Teten pun mengungkapkan, baru-baru ini Bank Dunia memberikan rekomendasi agar Indonesia menyiapkan Pekerjaan Kelas Menengah. “Ada tiga strategi terintegrasi untuk mewujudkan itu,” ucap Teten.
Pertama, peningkatan pertumbuhan produktivitas secara menyeluruh. Kedua, mengalihkan aktivitas ekonomi dan pekerja ke sektor, perusahaan, dan pekerjaan yang lebih produktif, serta menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
“Ketiga, membangun angkatan kerja yang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan kelas menengah, termasuk keterampilan kognitif, interpersonal, dan digital,” jelas MenKopUKM.
Bagi MenkopUKM, inilah tantangan besar ke depan agar bisa menciptakan lapangan kerja seluas-luasnya. “Transformasi dan kolaborasi menjadi kunci agar UMKM tidak hanya pulih, namun dapat menjadi juara,” tukas Teten.
Ekonomi Membaik
Sementara Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengajak para pelaku usaha di Indonesia untuk tetap optimis bahwa perekonomian nasional akan membaik dan normal kembali. “Pertumbuhan ekonomi nasional pada Kuartal III tumbuh 3,5% year on year. Ada optimisme dan selalu berpikir positif bahwa pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa 5-6%,” kata Arsjad.
Meski begitu, Arsjad tetap mewanti-wanti agar tetap menjaga Protokol Kesehatan, mengingat pandemi Covid-19 masih ada.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Kadin Jabar Cucu Sutara berharap Kadin bisa lebih bersinergi dan kolaborasi agar UMKM bisa bangkit dan juara. “Kadin harus bisa menciptakan iklim usaha yang sehat dan kondusif bagi UMKM,” kata Cucu.
Hanya saja, Cucu meminta terciptanya sinergi dan kolaborasi yang implementatif. “Selama ini, banyak sinergi tapi miskin implementasi. Ini yang harus kita ubah. Tujuannya, agar UMKM Jabar bisa pulih, bangkit, dan juara,” pungkas Cucu.