JAKARTA, TrijayaNews.id – Pandemi Covid 19 yang telah berkembang di Indonesia sejak Bulan Maret 2020 tidak hanya menyebabkan kematian, namun juga berdampak negatif pada sektor ekonomi. “Pandemi menyebabkan daya beli masyarakat menurun sehingga memengaruhi konsumsi. Oleh karena itu, perlu dorongan dari pengeluaran pemerintah dan penambahan investasi,” ujar Menko Marves Luhut B. Pandjaitan saat menjadi Pembicara Webinar Nasional Investasi Negara-Negara Islam di Indonesia di Jakarta, pada Hari Kamis (1-10-2020).
Dalam kesempatan tersebut, Rektor UIN Banten Fauzul Iman yang sebelumnya memberikan sambutan mengatakan bahwa tujuan webinar ini adalah untuk mengetahui informasi dari Menko Luhut mengenai investasi dari negara-negara Arab dan Afrika.
Kemudian, Menko Luhut mengemukakan bahwa strategi pemerintah untuk mendongkrak investasi adalah dengan fokus pada pengembangan sektor infrastruktur. Selain itu, Menko Luhut mengatakan bahwa pemerintah tetap mempertahankan reformasi kebijakan yang sudah dikerjakan sebelumnya. “Kita dorong pengesahan Omnibus Law dan mendukung kalangan bisnis dan masyarakat yang terkena dampak Covid,” tuturnya.
Selain Tiongkok maupun negara-negara barat, investasi dari negara-negara Islam dari Arab dan Afrika di Indonesia jumlahnya juga cukup signifikan. “Kita telah mendatangani nota kesepahaman sebesar USD 22,8 miliar dengan Uni Emirat Arab pada tanggal 12 Januari lalu,” jelas Menko Luhut pada seminar yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Negeri SMH Banten itu.
Detil kerja sama tersebut antara lain, lanjutnya adalah untuk pengembangan energi berkelanjutan, membagi visi mengenai pertumbuhan hijau sebagai cara untuk mentransformasi ketahanan energi menjadi enerhi berkelanjutan serta mendukung nilai asli Islam dalam mendorong toleransi serta beberapa lainnya. “Perusahaan Penanam Modal Asing (PMA) dari negara Islam pada tahun 2019 didominasi oleh Uni Emirat Arab sebesar 69.7%,” beber Menko Luhut.
Terbaru, Indonesia dengan perusahaan Uni Emirat Arab juga bekerja sama untuk memproduksi vaksin Covid 19. “Mereka UEA berkomitmen untuk menyediakan 10 juta dosis untuk Indonesia dan melakukan kerja sama yang lebih luas untuk produksi farmasi di pasar Timur Tengah, Afrika dan beberapa negara lainnya,” jelasnya.
Pada webinar yang juga menghadirkan Dubes RI untuk Abu Dhabi Husin Bagis sebagai pembicara tersebut, juga membahas mengenai peluang negara-negara Islam untuk berinvestasi di Indonesia. Menurutnya ada 57 negara yang mayoritasnya islam tapi hanya beberapa negara islam yang kaya. Husinpun mencontohkan yakni Arab Saudi yang bisa memproduksi minyak 12 jt bareel, Abu Dhabi 14 jt barel. “Banyak cadangan energi tapi jumlah penduduk sedikit, uangnya jadi banyak. Nah uangnya ini kemana? ya investasi,” kata Husin.
Namun demikian, negara-negara kaya itu katanya berinvestasi di negara-negara yang mudah birokrasinya dan menarik. “Sovereign Wealth Fund_nya Abu Dhabi itu besar sekali, tapi yang menyebabkan mereka kurang tertarik untuk menanamkan modalnya ke Indonesia karena kita gak punya _project yang bisa nawarin kesepakatan yang clean and clear,” urainya. Hal inilah, tambahnya yang menyebabkan proyek akhirnya mangkrak karena tertahan proses administrasi.
Kesulitan yang kerap ditemui oleh investor inilah yang kemudian menurut Menko Luhut membuat pemerintah akhirnya mendorong adanya Omnibus Law Cipta Kerja. “Ini menjadi kunci untuk memudahkan investasi masuk terutama dalam hal penyederhaan perizinan hingga kawasan ekonomi khusus,” pungkasnya.