Industri Furnitur Lokal Harus Mampu Bidik Pasar Ekspor Alternatif Tegas MenkopUKM

Koperasi & UKM14 Dilihat

TrijayaNews.id, Jakarta – Idustri furnitur dan home decor di Indonesia diharapkan terus memperluas akses pasarnya, mengingat Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang selama ini menjadi pasar terbesar industri tersebut, sedang mengalami resesi ekonomi.

Bahkan dalam beberapa waktu ke depan, industri furnitur dan home decor harus membidik pasar alternatif, tak hanya Amerika dan Eropa juga Timur Tengah Karena dunia sedang mengalami perubahan kekuatan ekonomi.

Kondisi seperti ini pun tidak sebentar terjadi. Sehingga harus terus melihat potensi market baru, dan tidak hanya fokus pada market tradisional itu-itu saja.

Demikian ditegaskan Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki dalam acara launching Pameran ‘The International Furniture and Craft Fair Indonesia atau (IFFINA),’ di Jakarta, Selasa (9/5).

Masih lanjut Teten, tidak hanya di pasar domestik, negara tujuan ekspor lainnya juga diharapkan terus dikembangkan. Sehingga pasar global dan para buyer internasional tidak perlu lagi datang ke pameran-pameran furnitur di luar negeri. “Tetapi mereka bisa langsung datang ke pameran furnitur di Indonesia, termasuk di pusat-pusat showcase cluster furniture atau home décor,” ujarnya.

MenkopUKM mengutip KataData bahwa pada 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan Indonesia mencapai 3,5 miliar dolar AS (Rp51,65 triliun), serta menyerap sebanyak 143 ribu orang tenaga kerja dari 1.114 ribu perusahaan. Pemerintah menargetkan ekspor industri furnitur dapat menembus 5 miliar dolar AS (Rp73,78 triliun) pada 2024.

“Furnitur menjadi kekuatan ekonomi Indonesia karena Indonesia punya sumber daya alam berupa bahan baku yang kaya. Dan furnitur ini mampu menciptakan lapangan kerja yang besar,” tandasnya.

Selanjutnya pada 2022, sebesar 90% produk hasil industri furnitur dipasarkan di luar negeri dengan AS sebagai pangsa pasar terbesar produk furnitur Indonesia, dengan menyerap 51%, dari total nilai ekspor furnitur lokal, sementara pasar Eropa menyerap sekitar 19%.

Untuk itu, salah satu upaya dalam memperluas akses pasar tersebut, maka digelar pameran IFFINA 2023 yang diinisiasi oleh Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO). Di mana event internasional tersebut akan dilaksanakan pada 14-17 September 2023, di ICE BSD City, Tangerang, Banten.

“Nanti harus lebih banyak lagi event furnitur di dalam negeri. Karena importir lebih senang ada pusat furnitur, sehingga tak perlu blusukan ke berbagai workshop lebih baik datang ke satu tempat produknya,” ujarnya lagi.

MenkopUKM juga menyebutkan, dalam rangka mendorong peningkatan spesifikasi para pelaku UKM di sektor furnitur untuk berstandar internasional. Seperti, pendirian rumah produksi bersama (factory sharing) sektor furnitur yang berlokasi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Masih menurut Teten, pihaknya juga mendorong terciptanya produk furnitur/home décor yang ramah lingkungan, dengan pemanfaatan material dari bambu, bahan recycle (plastik). Pada 2023 ini, KemenkopUKM akan membangun factory sharing pengolahan bambu di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kata Teten, bambu pertumbuhannya cepat, sehingga isu lingkungan bisa difokuskan lebih cepat. Bambu juga lebih produktif empat kali lipat dari jenis kayu lainnya. “Seperti IKEA misalnya, mereka hingga kini masih menggunakan material bambu dari China, namun sebenarnya bambu kita juga lebih kompetitif,” jelasnya lagi.

Bahkan ada sekitar pengembangan 40 ribu bambu yang ada di NTT, bersama Pemerintah, KemenkopUKM imbuh Teten, terus berupaya mempeluas bambu di daerah. “Upaya ini dapat mendorong kapasitas produksi dalam skala massal yang terstandardisasi,” tegasya.

Selanjutnya, KemenkopUKM pun menginisiasi program SMExcellence, yaitu melalui kegiatan kurasi, business matching antara UMKM dan aggregator/ buyer representative di sektor furnitur dan home décor agar pelaku UKM mampu menciptakan produk–produk yang dapat bersaing dan diterima pasar global.

Teten kembali menegaskan, industri kreatif termasuk furnitur, home decor, dan home ware memiliki keunggulan kompetitif dibanding negara lain, karena Indonesia memiliki bahan baku yang beraneka ragam serta kreativitas dan tenaga kerja yang terampil.

“Saya berharap melalui kegiatan ini, dapat memperkuat pasar domestik industri furnitur dan memperkenalkan Indonesia di pasar internasional karena pasar kita sangat besar,” pungkasnya. **