TrijayaNews.id, Jakarta – Dua Kementerian yakni Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) dan Kementerian Pertanian (Kementan) telah menjalin kesepakatan dalam pengembangan koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah (KUMKM) di bidang peternakan, hingga hilirisasi produk hasil peternakan.
“Kerja sama ini dalam upaya untuk mengembangkan model bisnis peternakan dan pertanian perorangan skala kecil yang kita konsolidasi,” ujar
MenkopUKM Teten Masduki mengatakan saat menandatangani kesepakatan bersama dengan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, di Jakarta, Selasa (9/5). Bahwa, tujuan kerja sama tersebut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk hasil peternakan, memberikan nilai tambah, dan daya saing produk hasil peternakan. Serta meningkatkan pendapatan dan taraf hidup peternak yang tergabung dalam koperasi dan UMKM.
Teten juga menekankan pentingnya model bisnis peternakan dan pertanian yang sustain dan efisien. Sehingga para peternak tidak mungkin usaha sendiri-sendiri dengan skala kecil.
Menurutnya, saat ini peternak ayam, sapi, dan kambing masih orang per orang. Terlebih imbuh Teten, kebetulan Mentan ada rencana mengembangkan 1000 sapi untuk 1 klaster, bisa dalam bentuk koperasi. “Artinya, satu manajemen dari hulu hilir, bukan hanya budidayanya tapi juga terhubung ke market. Bukan hanya model bisnis, tapi juga hilirisasi agar ada nilai tambah untuk peternak,” ujarnya.
Tapi lebih dari itu kata Teten, pihaknya juga akan mensinergikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dana koperasi. Juga sudah ada piloting model seperti tersebut. Sehingga kerja sama yang terjalin, selain bisa mengembangkan skala ekonomi, corporate farming berbasis peternak kecil dalam koperasi, terhubung ke offtaker dan pembiayaan. “Selanjutnya hilirisasi juga kita kembangkan. Produknya terstandar dan sustain,” jelasnya lagi.
Teten mencontohkan, selama ini pihaknya sudah banyak melakukan pendampingan untuk peternak sapi perah. Bahkan, dengan Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) bekerja sama dalam pengembangan koperasi penggemukan domba.
Begitu juga dengan PBNU, ada rencana membangun rantai koperasi ayam potong.
“Kita akan bangun piloting-piloting terlebih dahulu untuk kemudian menjadi role model. Kemudian, bisa direplikasi,” ujarnya.
Untuk peternakan, lanjut Teten, akan fokus pada pengembangan sapi perah dan terhubung ke offtakernya. Koperasi juga bisa mengembangkan produk turunannya. “Tinggal bisnis modelnya dirapikan. Kemudian, ayam potong dan domba, domba akan ditawarkan ke Kementan dan cocok untuk petani yang tidak mempunyai lahan luas,” jelasnya lagi.
Teten pun mencontohkan negara di Eropa seperti Swiss dan Belanda, di mana pengembangan sektor agrikulturnya dikembangkan melalui koperasi. Bahkan, penghasil susu terbesar di dunia, juga dalam bentuk koperasi, dengan koperasi memiliki industri pengolahan susunya.
“Detailnya nanti antar Satgas dari Kementan dan KemenKopUKM akan mencocokkan, sektornya apa,” tutupnya.
Sedangkan Mentan berharap, kerja sama strategis ini, diharapkan mampu mendorong sektor budidaya makin optimal, pascapanen makin terolah dengan baik, hingga market yang bisa terprediksi dengan baik.
Untuk hal ini, Kementan membangun kerja sama dengan KemenkopUKM agar lebih spesifik di lapangan, untuk seluruh komoditas budidaya. “Kementan akan fokus di bagian budidaya, KemenkopUKM akan memfasilitasi business plan sampai marketnya dengan baik,” ungkapnya. **