Borobudur-Magelang, TrijayaNews.id -Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, mengatakan siap berkolaborasi untuk mengembangkan model yang sudah berjalan di kawasan taman wisata Borobudur. Hal tersebut diungkapkan saat menjadi Keynote Speaker pada Seminar dan Lokakarya bertemakan “Borobudur Pusat Musik Dunia” pada Bussiness Session yang diselenggarakan oleh Padma Sada Svargantara, Omah Mbudur, Kec. Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (8/4) malam.
Yang dimaksudkan Teten adalah berkolaborasi dengan para seniman, pelaku wisata, dan UMKM di kawasan wisata Candi Borobudur. Termasuk bersinergi dengan Sound of Borobudur (SoB), yang merupakan Intelectual Property (IP) strategis dalam membangun kebanggaan, pemberdayaan bagi budaya, dan para pelaku usaha berbasis budaya.
Selain itu, MenkopUKM bahkan punya gagasan untuk mementaskan SoB pada acara Konferensi Tingkat Tinggi G20 (KTT G20) Tahun 2022, saat Indonesia menjadi tuan rumah. “Kalau ini ditampilkan akan sangat luar biasa,” ujarnya optimistis.
Masih menurut Teten, SoB merupakan sebuah IP potensial yang bisa menjadi simpul agregator UMKM di Borobudur. Teten juga mengusulkan agar SoB juga dapat mewujudkan format kelembagaan koperasi.
Lanjut Teten, secara ekosistem kelembagaan SoB dapat berperan sebagai pendampingan langsung ke masyarakat, mengkonsolidasikan aspek pembiayaan bagi pelaku usaha yang terlibat, dan rumah produksi bersama atau factory sharing.
“SoB juga menjadi akses rantai pasok serta pasar produk artisan, akses pengadaan barang dan jasa pemerintah melalui LKPP dan BUMN melalui Padi UMKM, serta memoderasi seluruh mitra agregator dan pendamping UMKM,” tandasnya.
Pada kesempatan itu, Teten mengajak stakeholder terkait, seperti Bank Indonesia, untuk menjadi pembina atau pendamping agar proses perjalanan dapat berkelanjutan dan dapat bermitra dengan industri besar.
Sementara itu, Direktur Utama Smesco Indonesia Leonard Theosabrata bercerita bahwa dirinya berkesempatan berkolaborasi dengan Disney di tahun 2017 yang dikenal sebagai emporium IP raksasa di dunia. “Ini menjadi referensi bentuk kolaborasi di bidang IP yang harapannya dapat dimotori oleh SoB,” jelasnya.
Masih menurut Theosabrata, industri berbasis IP memungkinkan terjadinya kolaborasi lintas stakeholder, dan lintas subsektor ekonomi kreatif. Sebelum pandemi Covid-19, Disneyland bisa mendatangkan lebih dari 18 juta orang setiap tahunnya.
“Mereka bisa menjual merchandise dari gantungan kunci seharga 2 dolar Singapura, hingga istana mainan seharga 37.500 dolar Singapura,” paparnya lagi.
Adapun Musisi Purwatjaraka menyatakan, SoB merupakan gerakan untuk membunyikan relief dan membuktikan bahwa Indonesia sudah punya peradaban yang tinggi sejak abad ke-7.
Karena itu Purwatjaraka bersama Trie Utami, Dewa Budjana, Bintang Indrianto, Rully Fabrian, dan timnya telah meneliti relief yang terpahat di Candi Borobudur dan membuat replika alat musik. Mulai dari membuat komposisi, aransemen, dan membunyikan relief itu dalam metode modern.
Menutut mereka, hal yang menarik pada SoB adalah hadirnya replika alat musik dawai yang sama dengan gambaran dawai di relief Karmawibhangga Candi Borobudur. Replika alat musik dawai ini telah berhasil dibentuk dan dibunyikan oleh para pembakti budaya.
Sebagaimana diketahui, sejak tahun 824 Masehi saat peresmian Candi Borobudur, pada bagian panel relief Karmawibhangga ternyata tergambar dengan jelas beberapa orang memainkan alat musik yang sangat khas.