KemenkopUKM Wujudkan Koperasi Modern Melalui Fasilitasi Transfer Pengetahuan

banner 468x60

TrijayaNews.id, Jakarta – Pada September 2023 ini, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) melalui Deputi Bidang Perkoperasian, meluncurkan kegiatan magang bagi koperasi yang akan dimodernisasi dengan manajemen, bisnis, pencatatan transaksi, dan laporan keuangan, guna merealisasikan 500 koperasi modern dan pencapaian kontribusi koperasi terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,5% sampai 2024.

Salah satu intervensinya, yakni menyelenggarakan program magang yang dilakukan di tiga koperasi moderen, seperti KUD Mino Saroyo, Cilacap, Jawa Tengah untuk Koperasi Nelayan, Kopsyah Benteng Mikro Indonesia, Tangerang, Banten, untuk Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS/BMT), dan Kopontren Al-Itifaq, Bandung, Jawa Barat untuk Kopontren.

banner 336x280

Total pengurus, pengelola koperasi yang akan mengikuti program magang tersebut, sebanyak 270 orang, dengan sebaran Koperasi Nelayan 120 orang, Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) 90 orang, dan Kopontren 60 orang.

Asisten Deputi Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabatan Fungsional KemenkopUKM Nasrun Siagian mengatakan, kegiatan magang ini sebagai salah satu model pembelajaran dalam transfer pengetahuan, yakni dengan metode Amati, Tiru dan Modifikasi/Reflikasi (ATMR).

Target dari kegiatan tersebut, masih jelas Nasrun, koperasi peserta magang diminta mengadopsi sistem pengelolaan, model bisnis yang ada di koperasi tempat magang, untuk diterapkan pada koperasi yang mereka kelola, dengan metode ATMR ini.

“Namun, tetap harus menyesuaikan dengan kearifan lokal dan kemampuan koperasi. Durasi pelaksanaan magang selama 7 hari, dengan pembagian 2 hari untuk pembekalan secara klasikal dan 5 hari terlibat langsung di koperasi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/9).

Koperasi Nelayan di KUD Mino Saroyo yang berdiri sejak 1942 dan beranggotak 8.322 orang, menurut Nasrun telah berhasil dalam mengembangkan usahanya, melalui unit-unit bisnis dan menyejahterakan nelayan.

KUD Mino Saroyo imbuh dia, uga merupakan koperasi yang berhasil dalam Program Solar untuk Koperasi (Solusi) Nelayan, yang ditujukan agar penyaluran bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi khusus nelayan dapat tepat sasaran.

“Pengelolaan SPBUN oleh KUD Mino Saroyo menjadi daya tarik tersendiri, bagi koperasi lain yang mempunyai kegiatan sama. Hal ini menjadi latar belakang KUD Mino Saroyo sebagai tempat magang bagi koperasi nelayan. Kegiatan magang di KUD Mino Saroyo pada 2023, merupakan kegiatan yang kedua kalinya,” jelasnya lagi.

Sedangkan Kopsyah BMI dipilih karena apa yang telah dilakukan bagi anggota dan masyarakat memberikan dampak positif. Yang secara langsung dapat dinikmati oleh anggota dan masyarakat. Dengan jumlah anggota 270.341 orang, dan aset Rp1.110 triliun, Kopsyah BMI menjadi pelopor Program Hibah Rumah Siap Huni yang diberikan ke anggota dan non anggota yang kurang mampu, tercatat sudah 426 unit rumah.

Baca Juga :  KemenkopUKM dan Sido Muncul Sepakat Terapkan Tiga Langkah Bangun Kemitraan Strategis Petani Rempah dengan Usaha Besar

“Hal ini menjadi bukti bahwa berhimpunnya masyarakat dalam wadah koperasi selain dapat meningkatkan aspek ekonomi juga aspek sosial,” tegasnya.

Lanjut Nasrun, KemenkopUKM saat ini juga tengah mendorong KSP untuk membentuk holding company model close loop economy, dengan cara melakukan spin off atau pemekaran. Pendekatan holding company untuk meningkatkan nilai Promosi Ekonomi Anggota koperasi yang sebagian besar merupakan pelaku usaha mikro dan kecil.

Kebutuhan modal disediakan oleh KSP sedangkan produksi ditangani oleh koperasi produsen, pemasaran oleh koperasi pemasaran, dan jasa oleh koperasi jasa.

“Dengan cara seperti itu anggota dapat menerima layanan dan manfaat yang optimum dari koperasi. Holding Company melalui Spin Off ini telah dilakukan oleh Kopsyah BMI dengan terbentuknya Kopmen BMI dan Kopjas BMI,” tandasnya.

Kemudian untuk Kopontren Al-Itifaq, kata Nasrun, kopontren tersebut merupakan salah satu role model pengaplikasian koperasi yang dapat memajukan desa dan ekonomi umat. Kopontren Al-Itifaq yang berdiri sejak 1977 merupakan contoh koperasi sektor riil, yaitu sektor agrobisnis dengan komoditas utama sayur-sayuran. Koperasi tidak hanya menjadi agregator pertanian berlahan sempit tetapi juga menjadi off-taker.

Melalui konsep Kopontren Al-Itifaq, mengonsolidasikan para petani sekitar, dan hasil panennya dibeli oleh Kopontren Al Ittifaq. Kopponten tersebut juga mengonsolidasikan kurang lebih 23 Koppontren di Jawa Barat, baik pemasaran produk dan pembiayaan. Pada intinya Kopontren Al Ittifaq sudah memiliki skema rantai pasok (supplay chain) dan pembiayaan berbasis koperasi.

“Kopontren Al-Ittifaq telah berhasil memasarkan dan mendistribusikan sayur-mayur serta buah-buahan produksi petani anggotanya ke berbagai pasar modern, seperti PT Lion Super Indo, Yogya Departmen Store, serta AEON di Bandung dan Jakarta,” kata Nasrun.

Belajar dari pengalaman keberhasilan koperasi (best practice) dengan kegiatan magang di koperasi, imbuh Nasrun, diharapkan tercipta koperasi-koperasi baru seperti KUD Mino Saroyo, Kopsyah BMI, dan Kopontren Al-Itifaq. “Mereka dalam menjalankan bisnis koperasi mampu berdaya saing dan bermanfaat bagi anggota, memang diperlukan strategi yang matang dan juga belajar dari pengalaman,” ucapnya.**

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *