Sukseskan Program MBG, Wamenkop Dukung Koperasi Perbanyak Rumah Pengolahan Susu di Daerah

Banyak produksi hasil susu dari para peternak dan koperasi tidak terserap Industri Pengolahan Susu (IPS) oleh karena itu koperasi harus memiliki IPS.

Koperasi & UKM65 Dilihat

Trijayanews.id, Sentul – Pada peresmian Rumah Susu Unit Sentul milik Koperasi Konsumen Kujang Sauyunan Berdikari, di Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Selasa (22/4), Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menyatakan kesiapannya. Menurutnya, Rumah Susu milik koperasi ini yang melayani dapur-dapur di program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Acara tersebut juga dihadiri Menteri Bappenas Rachmat Pambudy, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, dan Ketua Koperasi Kujang Sauyunan Berdikari Muchlido Apriliast, Wamenkop Ferry bercerita pengalaman di Boyolali terkait kisruh susu peternak lokal.

Juliantono menambahkan, banyak produksi hasil susu dari para peternak dan koperasi, tidak terserap Industri Pengolahan Susu (IPS). Oleh karena itu ia selalu menekankan koperasi harus memiliki IPS sendiri. “Saya mengapresiasi Koperasi Konsumen Kujang Sauyunan Berdikari karena mampu membangun dan mengembangkan konsep Rumah Susu,” ujarnya.

Bahkan, lanjut Wamenkop, koperasi tersebut juga mampu membuat ekosistem sendiri dalam mata rantai MBG, yakni memiliki pengolahan susu sendiri, juga membuat dapur MBG.

Bagi Wamenkop, Rumah Susu ini menjadi salah satu simpul kunci dalam rantai pasok susu nasional, yang tidak hanya menyuplai kebutuhan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menggerakkan sektor koperasi dan peternakan rakyat di hulu. “Rumah Susu hadir sebagai upaya nyata mengangkat nilai tambah susu segar dari peternak sapi perah lokal,” imbuh dia.

Lebih dari itu, Wamenkop Ferry menjelaskan, program Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang ditargetkan sebanyak 80 ribu Kopdes seluruh Indonesia, juga bisa mendirikan unit pengolahan susu sendiri, di samping unit-unit usaha lain yang bisa digeluti Kopdes. “Intinya, unit pengolahan susu bisa menjadi salah satu unit usaha Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala BGN Dadan Hindayana menegaskan bahwa susu merupakan produk wajib untuk program MBG, khususnya di daerah yang memiliki peternakan sapi perah. “Artinya, program MBG bisa menyerap produksi susu dari peternak lokal,” kata Dadan.

Menurutnya, salah satu fungsi kehadiran BGN adalah Creating Demand, khususnya dalam penyerapan produksi susu peternak lokal. “MBG harus meningkatkan gairah ekonomi di masyarakat,” ujarnya lagi.

Adapun Ketua Koperasi Kujang Sauyunan Berdikari Muchlido Apriliast menambahkan, metode Rumah Susu seperti ini bisa ditularkan atau direplikasi di daerah lain yang memiliki potensi peternakan sapi perah.

“Termasuk ke daerah yang tidak memiliki peternakan sapi perah,” ujar Muchlido yang juga Pembina dari Perhimpunan Peternak Muda Indonesia (Perpami).**