Jakarta, TrijayaNews.id – Target Kementerian Koperasi dan UKM agar UMKM naik kelas. UMKM on boarding meningkat dari 12 juta pada 2020 menjadi 30 juta pada 2023 dan Go Export melalui platform digital.
Untuk menyukseskan hal tersebut, Teten Masduki sang menteri mengajak Indonesian Marketing Association (IMA) bersinergi untuk mendukung UMKM agar dapat menguasai pasar e-commerce dalam negeri.
Demikian diungkapkannya saat menjadi Keynote Speaker dalam acara Webinar Series IMA bertema Kebijakan Pemerintah untuk UKM, yang disampaikan secara daring, Senin (29/3).
Masih lanjut Teten, saat ini pihaknya tengah memperkuat KUMKM, antara lain terkait peningkatan kapasitas UMKM, termasuk penguatan database, peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan Kawasan/Klaster Terpadu UMKM.
Selain itu, perluasan pasar juga melalui on boarding platform pengadaan barang & jasa (LKPP dan PaDI), Live Shopping, Kampanye BBI, Sistem Informasi Ekspor UMKM, penyediaan ruang 30% infrastruktur publik bagi UMKM, serta kerja sama dengan Alibaba, Lazada, dan Amazon untuk ekspor. “Ada juga dalam dukungan logistik kami bekerja sama dengan PT Garuda Indonesia,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Teten pun memberikan apresiasi tinggi kepada IMA, yang telah memberikan referensi bagi UMKM untuk memasarkan produknya menembus pasar global. “Pemasaran produk saat ini tidak bisa dipisahkan dengan digitalisasi. UMKM digital produktif merupakan kunci pemulihan ekonomi,” tandasnya.
Adapun potensi ekonomi digital diprediksi mencapai US$ 124 miliar pada 2025, sebagaimana data e-Conomy SEA 2020 Google, Temasek, Bain & Company.
McKinsey Juni 2020 & Redseer 2020 mencatat, sejak pandami COVID-19 di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah transaksi secara daring sebesar 26%, terdapat 3,1 juta transaksi per hari, serta kenaikan 35% pengiriman barang.
Sementara menurut hasil survei World Bank 2021 menunjukkan bahwa 59,2% responden bermata pencaharian wiraswasta dan 74,1% mengandalkan penjualan online sebagai pendapatan utama.
Sedangkan mayoritas pelaku usaha berumur 24-34 tahun, 47,4% berpendidikan SMA, dan 32,8% berpendidikan S1. Namun 51% nya adalah reseller. Produsen baru mencapai 11%. “Hal ini menjadi fokus utama yaitu bagaimana cara UMKM lokal dapat menguasai e-commerce,” tuturnya.
Teten menambahkan, masalah UMKM untuk masuk dalam ekosistem digital antara lain kurangnya pengetahuan digitalisasi, kapasitas produksi terbatas, dan kualitas produksi terbatas. “Saya mengajak mari kita bangga, beli? dan pakai produk UMKM Indonesia,” kata Teten.