TrijayaNews.id, Jakarta – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI, mengawali 2023 dengan torehan positif dan berkelanjutan.
Agenda transformasi yang masih terus berjalan semakin memberikan dampak positif pada perseroan, sekaligus membuka berbagai potensi bisnis baru.
Pada kuartal I 2023, kredit konsolidasi BNI tumbuh 7,2% secara tahunan (year-on-year/YoY) atau mencapai Rp634,3 triliun. Perseroan secara konsisten melanjutkan strategi untuk tumbuh pada segmen-segmen prioritas.
Yaitu kepada debitur top tier, mulai dari segmen korporasi dan turunan bisnisnya yang masuk dalam sektor industri prospektif, hingga segmen konsumer, dengan tetap mengedepankan asas prudential.
Sedangkan dari sisi likuiditas, perseroan membukukan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,4% YoY atau mencapai Rp743,7 triliun.
Strategi pertumbuhan DPK difokuskan pada CASA, khususnya CASA transaksional yang kuat melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif, serta peningkatan kemampuan transaksional. Terutama pada aplikasi mobile banking dan BNI Direct.
Adapun CASA Perseroan, yaitu giro dan tabungan tumbuh 6,9% YoY, dengan rasio CASA mencapai 69%. Pertumbuhan kredit dan CASA tersebut membuat Perseroan mampu mengelola Net Interest Margin (NIM) terjaga pada level 4,7%.
Kemudian, perseroan membukukan laba bersih kuartal I sebesar Rp5,2 triliun atau tumbuh 31,8% YoY. Hal ini membawa dampak positif pada rasio profitabilitas yang tercermin dari rasio Return on Average Equity (ROAE), yang meningkat dari 14,3% pada kuartal I 2022 menjadi 15,5% di kuartal I 2023, sekaligus pre-tax Return on Asset (ROA) yang juga meningkat dari 2,3% menjadi 2,7%.
Demikian di sampaikan Wakil Direktur Utama BNI Adi Sulistyowati di Jakarta, Selasa (18/4).
Masih lanjut Adi, bahwa pencapaian pada kuartal I 2023 sejalan dengan visi Perseroan untuk tumbuh secara sehat dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Menurutnya, Perseroan terus menjalankan strategi pertumbuhan yang selektif dan terukur agar konsisten menghasilkan pertumbuhan kinerja yang berkualitas.
“Kami bersyukur kinerja kuartal I 2023 ini dapat diawali dengan baik yang tentunya akan membuat kami semakin optimis untuk membukukan kinerja yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya,” paparnya.
Masih dijelaskan Adi Sulistyowati atau yang akrab disapa Susi ini, bahwa untuk mencapai target bisnis tahun 2023, Perseroan telah menetapkan tujuh kebijakan strategis.
Pertama, BNI mengembangkan solusi transaksi & ekosistem dalam memenuhi kebutuhan nasabah. Kedua, mengembangkan infrastruktur teknologi, serta inovasi digital melalui data driven berbasis analytics, customer experience, dan perluasan partnership.
Ketiga, BNI fokus pada peningkatan CASA dan Fee Based Income (FBI) yang sustain. Keempat, BNI meningkatkan ekspansi bisnis pada corporate top tier serta sektor prioritas, value chain, dan cross selling dengan mengutamakan budaya risiko.
Kelima, Perseroan melanjutkan Transformasi Human Capital, Culture, dan Operasional sehingga lebih agile dan lean dalam mendukung bisnis.
Keenam, perseroan memperkuat jaringan bisnis Internasional dalam mendukung penetrasi pasar global. Ketujuh, BNI juga mengoptimalisasi sinergi BNI Grup dalam memperkuat posisi Perusahaan Anak.
“Dengan berpedoman kepada tujuh kebijakan strategis tersebut, tentunya kami optimis akan dapat mencapai target bisnis kami di tahun 2023,” jelasnya..
-
Pertumbuhan Kredit Berorientasi Kualitas
Sedangkan Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini memaparkan, bahwa dinamika bisnis dan ekonomi, serta baru pulihnya perekonomian nasional pasca pandemi, membuat BNI harus cermat dalam mengidentifikasi dan mendorong mesin-mesin pertumbuhan bisnis yang siap untuk melakukan ekspansi.
Kata dia, tujuan tersebut untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga dan BNI mampu mengoptimalkan pendapatan dari ekosistem bisnis nasabah, sehingga pencapaian laba dapat sustain kedepannya.
Lanjut Widya, kinerja pertumbuhan kredit pada kuartal I 2023 didorong oleh segmen korporasi swasta, yang tumbuh 21,2% YoY menjadi Rp234,0 triliun, diikuti oleh segmen enterprise atau Large Commercial yang meningkat 13,2% YoY menjadi Rp52,2 triliun, dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tumbuh 7,8% YoY menjadi Rp50,1 triliun.
Masih papar dia, untuk segmen konsumen secara keseluruhan tumbuh 11,9% YoY menjadi Rp113,4 triliun, dengan personal loan dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) menjadi mesin pertumbuhan dengan masing-masing meningkat 19,2% YoY menjadi Rp44,5 triliun dan tumbuh 8% YoY menjadi Rp54,5 triliun.
Widya masih menguraikan, bahwa BNI juga melihat debitur yang terdampak pandemi terus mengalami pemulihan. Hal tersebut menunjukkan dampak positif pada portofolio restrukturisasi kredit, akibat Covid-19 yang hingga akhir kuartal I-2023 tersisa Rp45,8 triliun, atau hanya mencapai 7,3% dari total kredit, jauh menurun dari kuartal I tahun lalu yang masih mencapai 12% dari total kredit.
Jelas Widya, adanya penurunan ini terutama berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi, seperti restoran, hotel, tekstil dan konstruksi, mengindikasikan bahwa bisnis debitur kembali pulih.
Diakui Widya, pihaknya sangat bersyukur, bahwa portofolio kredit restruktursasi terdampak pandemi terus mengalami penurunan. “Yang mana penurunan tersebut berasal dari sektor-sektor yang paling terdampak pandemi dan mengindikasikan bisnis debitur mulai pulih,” tandasnya.
Selain pertumbuhan bisnis yang selektif dan berkualitas, Novita Widya Anggraini menambahkan, bahwa penting bagi Perseroan saat ini untuk menjaga tingkat likuiditas dan permodalan yang memadai. “Pertumbuhan DPK yang sehat terutama dari CASA mampu membawa BNI menjaga posisi Loan to Deposit Ratio (LDR) stabil di level 85,4%,” jelasnya lagi.
Imbuh dia, indikator kecukupan likuiditas lainnya seperti Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) juga terus berada pada posisi yang sangat kuat, jauh di atas ketentuan regulator.
Sedangkan di tingkat kecukupan permodalan kata Widya, pun terus meningkat dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,6%, naik 230 bps secara tahunan.
“Kecukupan likuiditas dan permodalan Perseroan ini, menjadi bekal penting untuk terus tumbuh dengan tetap memiliki ketahanan yang kuat dalam mengantisipasi risiko di masa depan, serta menjaga kepercayaan nasabah dan seluruh stakeholders,” papar Novita Widya Anggraini.
Kinerja Transaksi Digital Positif
Adapun Direktur Digital & Integrated Transaction Banking BNI Corina Leyla Karnalies menyampaikan, bahwa Perseroan secara konsisten mengoptimalkan potensi digital banking di setiap aspek dengan mengembangkan berbagai solusi keuangan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Pada kuartal I 2023, terlihat perkembangan yang baik dari pertumbuhan jumlah pengguna BNI Mobile Banking yang mencapai 14,26 juta atau tumbuh sebesar 24,3% YoY. Hal ini diikuti dengan jumlah transaksi mencapai 193 juta atau tumbuh sebesar 52% YoY, dan nilai transaksi tumbuh sebesar 52,7%YoY menjadi sebesar Rp252 triliun.
Menurutnya, melalui BNI Mobile Banking, BNI terus memperluas layanan dengan memanfaatkan ekosistem BNI group, retailer, hingga mitra global untuk menjawab masing-masing permintaan pelanggan di era perbankan digital modern ini. “Perseroan berharap dapat terus membantu kemajuan mitra, khususnya dengan kemudahan solusi digital yang BNI miliki,” jelasnya..
Imbuh dia, dari segmen Wholesale Banking, Perseroan memiliki BNIDirect untuk menunjang transaksi bisnis nasabah dan debitur non perorangan secara digital dan mampu memenuhi semua kebutuhan klien dalam satu portal terintegrasi.
Pada kuartal I 2023, tercatat jumlah pengguna BNIDirect tumbuh 32,9% YoY menjadi 102 ribu user, diikuti oleh pertumbuhan volume transaksi sebesar 27,3% YoY atau setara Rp1.583 triliun, dengan jumlah transaksi yang juga meningkat 25,3% YoY atau mencapai 203 juta transaksi.
Peningkatan volume transaksi digital serta meningkatnya preferensi nasabah dalam melakukan transaksi sehingga dapat meningkatkan Fee Based Income Perseroan.
“Kedepan, Perseroan telah menyiapkan berbagai rencana penguatan dan pengembangan kapabilitas digital lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan customer experience sekaligus men-generate transaction-based CASA dan fee-based income,” tandasnya.
Komitmen BNI pada Keuangan Berkelanjutan
Sebagai bank pionir Green Banking dan penggerak utama pelaksanaan Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, Perseroan berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.
Menurut Direktur Manajemen Risiko BNI, David Pirzada menjelaskan, komitmen tersebut diwujudkan melalui peningkatan Sustainable Portfolio dengan memberikan pembiayaan pada sektor usaha yang masuk dalam Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB). Pada kuartal I 2023, Perseroan telah memberikan pembiayaan sebesar Rp179,4 triliun atau 28,5% dari total portofolio kredit BNI.
Perseroan juga berkomitmen untuk mengembangkan praktik usaha berkelanjutan yang sejalan dengan agenda global. Salah satu inisiatif Perseroan adalah memperkenalkan Sustainability Linked Loan (SLL), di mana BNI memberikan insentif bagi nasabah untuk memperbaiki aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) dalam bisnis mereka.
Selain berkomitmen untuk mengembangkan praktik usaha berkelanjutan, Perseroan juga berhasil meningkatkan kualitas kredit secara persisten.
Hal ini terbukti dengan membaiknya rasio Loan at Risk (LAR) dari 22,1% pada kuartal I 2022 menjadi 16,3% pada kuartal I 2023, serta rasio Non-Performing Loan (NPL) yang membaik dari 3,5% menjadi 2,8%.
“Kualitas aset yang terus membaik juga mempengaruhi penurunan tajam pada credit cost atau rasio pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) terhadap kredit, dari 2,5% pada kuartal I 2022 menjadi hanya 1,4% pada kuartal I 2023,” pungkasnya. (*)