Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Jakarta/03/08/2021, TrijayaNews.id – Tahun 2021 Indonesia menjadi tuan rumah konferensi Asian Population Association (APA) yang didirikan pada tahun Desember 2008 dengan proses pengagasan sejak November 2004 oleh para peneliti dari negara Australia, India, China, Pakistan, Thailand. Tujuan pendirian APA untuk mempromosikan penelitian, kajian, dan jejaring terkait kependudukan serta mempercepat pencapaian agenda ICPD dan MDGs. Wilayah Asia merupakan wilayah dengan penduduk sekitar 60 persen dari penduduk di seluruh dunia, sehingga memiliki masalah yang beragam terkait kependudukan, seperti masalah lansia, migrasi, pemilihan alat kontrasepi, dan masalah lingkungan kependudukan lainnya.
“Indonesia aktif terlibat dalam forum internasional tentang masalah kependudukan dan pembangunan seperti Sidang Komisi Kependudukan dan Pembangunan ke-54 tahun ini yang menyoroti keterkaitan gizi, ketahanan pangan, dan kesehatan reproduksi serta memastikan gizi yang tepat untuk optimalisasi kesehatan ibu hamil, ibu, dan bayi baru lahir khususnya mencegah bayi baru lahir dari gizi buruk dan stunting”, jelas Kepala BKKBN Hasto Wardoyo pada saat memberikan sambutan pada Acara Pembukaan The 5th Asian Population Association Conference . Keterkaitan antara keluarga berencana dan kesehatan reproduksi pada isu-isu tersebut telah menjadikan BKKBN sebagai koordinator nasional untuk mempercepat program pengurangan stunting di Indonesia yang diamanatkan oleh Presiden Republik Indonesia dengan target pencapaian angka prevalensi stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. Ini bukan tugas yang mudah bagi BKKBN, namun kita harus optimis untuk mencapai target tersebut”, tegas Hasto.
Hasto berharap,” konferensi ini akan mengeksplorasi dan membahas secara rinci isu-isu berikut: (1) Memperoleh Justifikasi dari para ahli kependudukan yang menghadiri konferensi tentang Blue Print Kependudukan dan Pembangunan yang saat ini sedang dikembangkan oleh BKKBN dalam upaya memberikan bukti yang kuat berdasarkan kebijakan kependudukan dan pembangunan di masa mendatang; (2) Untuk memperoleh pandangan ilmiah tentang bagaimana seharusnya kebijakan kependudukan Indonesia diimplementasikan di masa depan, terutama mengenai manajemen kependudukan, apakah TFR harus diturunkan atau dipertahankan konstan pada level 2,1 hingga 2045. Mengingat laju pertumbuhan terus menurun dari 1,49 per persen per tahun pada 2000-2010 menjadi 1,25 persen pada 2010-2020. Selanjutnya, diproyeksikan juga bahwa tingkat pertumbuhan akan di bawah 1, sedangkan tingkat pertumbuhan yang ideal adalah sebesar 1,1 persen per tahun; (3) Memperoleh pengetahuan, pandangan ilmiah, pembelajaran dan praktik terbaik untuk mengurangi stunting dari berbagai perspektif dan disiplin ilmu”, terang Hasto.
Pada kesempatan yang sama Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN Muhammad Rizal Damanik menambahkan, “Ada banyak variabel yang terlibat yang mempengaruhi angka penurunan stunting, seperti: lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan dan lain-lain. Dengan kata lain, Program Percepatan Pengurangan Stunting membutuhkan kolaborasi dan sinergi multi sektor antara pemerintah dan mitra swasta. Salah satunya adalah Kegiatan 100 Profesor berbicara tentang stunting yang telah membawa para profesor untuk berbagi pandangan ilmiah tentang pengurangan stunting dari berbagai disiplin ilmu”, imbuh Rizal.
Jakarta/03/08/2021
Biro Umum dan Humas
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional