JAKARTA, TrijayaNews.id – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo semakin gencar memberikan edukasi mengenai pencegahan stunting di seluruh lapisan masyarakat.
Tidak terkecuali dalam momentum Pangan Expo Plus 2023 dengan tema acara Gelar Inovasi Produk Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal di JIEXPO Kemayoran pada Sabtu (30/09/2023).
Dalam sesi talk show berjudul “Produk Pangan Olahan Bergizi dan Sehat Atasi Stunting” yang digelar di sela-sela pameran tersebut, dokter Hasto mengampanyekan mengenai tips-tips pencegahan stunting di depan audiens yang sebagian besar remaja usia sekolah.
Meluruskan pemahaman mengenai stunting, dirinya menjelaskan bahwa orang pendek belum tentu stunting, melainkan tetap butuh pemeriksaan dari dokter spesialis, “hati- hati adek-adek kalau ada orang pendek dan tidak cerdas, biasanya kalau sudah besar akan mudah terkena penyakit,” ungkap dokter Hasto.
Dirinya menyebutkan dari beberapa penelitian, jika dibandingkan antara kelompok yang stunting dan tidak stunting, selisih pendapatannya mencapai 20 persen. “Artinya, orang yang stunting nantinya tidak lebih produktif di usia dewasanya dan pendapatannya lebih rendah,” tambahnya.
Oleh karena itu dokter Hasto mensosialisasikan kepada para remaja yang hadir mengenai penyebab stunting. Ia memaparkan tiga penyebab utama anak mengalami stunting.
“Adek-adek sekalian, ada tiga penyebab utama stunting. Pertama, sub optimal nutritional yaitu kekurangan asupan. Kedua, sub optimal health artinya sewaktu kecil tidak diimunisasi, bisa juga sering diare karena jamban tidak sehat,” kata dokter Hasto dalam hybrid talk show tersebut.
Untuk penyebab ketiga, dirinya menekankan mengenai pola asuh yang sangat menentukan kualitas pertumbuhan anak. “Kalau cara asuh atau _parenting_ tidak bagus maka anak tidak happy, ujungnya anaknya tidak mau makan,” ungkapnya.
Dokter Hasto mengajak para remaja untuk melakukan perencanaan sebelum menikah. “Nah, untuk mencegah bayi lahir stunting, adek-adek yang perempuan sebelum nikah lakukan pemeriksaan calon pengantin (catin) di puskesmas, cek Hb, cek lingkar lengan atas minimal 23,5 cm, jaga berat badan ideal,” ujar dokter Hasto.
Lebih lanjut, menyinggung tema pameran yang mengangkat produk lokal, dokter Hasto juga memberikan tips cegah stunting melalui produk lokal.
“Mencegah stunting tidak perlu produk asing, produk lokal cukup. Kalau ada ikan lele itu sudah bagus, murah dibanding daging sapi. Pokoknya kalau mau menikah harus sehat dulu. Kalau sudah menikah harus direncanakan, jangan hamil terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat, dan jangan terlalu sering,” ucapnya dalam memberikan _statement_ penutup materinya.
Paparan dokter Hasto tersebut disambut antusiasme para pelajar yang berebut mengajukan pertanyaan. Diantaranya ada peserta yang mengulas kembali ajakan makan ikan.
“Mengenai probematika di masyarakat, ada yang tidak suka makan ikan karena menimbulkan alergi. Ini disebabkan dari kandungan ikannya atau dari orangnya?,” tanya salah satu peserta.
Dokter Hasto pun menjawab dari sisi ilmu kedokteran. “Alergi ikan itu ada pada orang yang punya bakat. Namanya atopik, cirinya kulit tipis mata sendu, kalau kena rumput merah-merah, kena angin bisa asma. Orang seperti ini mudah alergi terhadap protein. Bakat ini sifatnya menurun. Asma adalah bagian dari alergi yang atopik, namun tidak menular,” jawab dokter Hasto.
Adapun pertanyaan lain yang diajukan peserta, yakni cara mencegah stunting bagi catin laki-laki. “Izin bertanya pak, tadi kan disebutkan cara cegah stunting bagi perempuan. Lalu apa contoh antisipasi agar mengurangi stunting untuk laki-laki?,” tanya peserta.
“Persiapan menikah agar anak tidak stunting, bagi laki-laki khususnya, ini memang penting dijelaskan. Kalau laki-laki tidak sehat maka bibitnya tidak sehat. Perokok berat, peminum berat, levernya jadi terganggu,” jawab dokter Hasto.
Dirinya pun menjelaskan mengenai persiapan awal bagi catin. “Spermatogenesis itu prosesnya 75 hari. Jadi, mas nanti kalau menikah 75 hari sebelumnya bibitnya diperbaiki dulu ya, sehingga ketika bulan madu nanti sudah bagus. Laki-laki juga harus konsumsi zink. Jangan merokok, jangan jadi pemabuk, dan jangan kekurangan asupan zink,” tambah dokter Hasto.
Tidak hanya dari peserta remaja sekolah, bahkan sang guru pun antusias mengajukan pertanyaan mengenai pola asuh anak badutanya. “Saya punya balita mau umur 2 tahun, apakah ada tips pola asuhnya agar anak di bawah usia tersebut bisa ideal berat badannya?,” tanya dia.
Dokter Hasto pun menjelaskan mengenai pentingnya penyesuaian asupan makanan dalam periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),
“Anak di atas 1 tahun makanannya sudah seperti orang dewasa, namun volumenya tentu berbeda tergantung berat badan, sempurnakan menyusui sampai 24 bulan. Periode 1000 HPK itu di dalam kandungan 280 hari, setelah lahir sampai 720 hari. Setelah umur 6 bulan harus ada makanan pendamping ASI,” jelas dokter Hasto.
Terakhir dokter Hasto kembali mengingatkan kepada para peserta mengenai pentingnya pola asuh sejak dini.
“Adek-adek kalau punya anak nanti harus dirawat penuh dalam 24 bulan. Karena apa? Setelah masa itu ubun-ubun akan menutup, sehingga pertumbuhan otak sudah berhenti. Maka, maksimalkan usia ini agar pertumbuhan anaknya optimal. Dan ingat jarak kehamilannya tiga tahun,” ungkapnya ketika menutup sesi talkshow.
Diketahui, dalam pameran yang diadakan selama tiga hari (29 September-1 Oktober), digelar sejumlah stand Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berasal dari seluruh Indonesia. Dokter Hasto sempat mengunjungi beberapa stand dan mengapresasi kreativitas para pegiat UMKM.