Bekasi, TrijayaNews.id – Wajah ceria terpancar dari wajah para hadirin, bertempat di aula Hj Karpet, Jalan Raya Chandrabaga, Bekasi Utara. Mereka adalah para Pengurus dan anggota HPN Kabupaten Bekasi.
Acara pertemuan rutin bulanan itu diakui Cut Lina, aktivis HPN, suasananya agak berbeda dari biasanya. Tidak lain kata dia, pertemuan kali itu selain menjelang puasa Ramadhan, juga mendoakan adik dari Haji Heru Purnomo, yang tak lain Sekretaris HPN, yaitu alm Heru Joharudin, dimana saat itu persis hari ketujuh berpulang.
Selain silahturahmi rutin, juga diisi sharing antar pengurus dan anggota yang tidak lain adalah para pelaku usaha mikro (UKM). Mereka bertukar dan berbagi pengalaman tentang beragam usaha yang dijalankan, serta pembahasan terkait HPN. “Ya diakui atau tidak pertemuan kali ini seolah spesial, karena suasananya sudah berasa Ramadhan,” cetus Cut Lina, pengurus HPN.
Betul, disadari atau tidak oleh hadirin, acara tersebut memang spesial. Pengisi tausiah tidak lain adalah Ketua Lembaga Dakwah Nahdatul Ulama (LDNU), Kyai Mukti Ali Baidhowi. Bahkan tidak cuma mahir menyiram ruhani dengan pesan-pesan agama dan seputar NU dan sejarah panjangnya.
Kyai Mukti Ali juga motivator bisnis. Ia menghentak hadirin dengan cerita perihal ekonomi. Katanya kita jangan takut mimpi untuk maju membangun ekonomi.
Menurutnya hanya omong kosong jika mendambakan keterangan hidup tapi menafikan tentang praktik-praktik ekonomi. “Landasan untuk makmur adalah ekonomi. Sebab, dengan ekonomi yang kuat itulah akan membuat kita sejahtera. Ibadah pun menjadi nyaman, karena kita mampu memberikan amal-amal yang berkah dan juga bisa besar,” tandasnya.
Selanjutnya imbuh dia, untuk mencapai semua itu pasti tidak lepas dari yang namanya Duit, yaitu doa, ikhtiar dan terampil. “Siapa pun mereka yang getol beriktiar dan terampil akan dihampiri yang namanya Duit,” ujarnya lagi.
Kyai Mukti Ali masih dalam wejangannya, duit itu menjadi nafas dan juga denyut nadi bagi seorang pengusaha. Untuk itu kata dia,
HPN harus terus perjuangkan agar urusan perut dulu selesai. Pasca itu urusan kedepannya lempang dan lancar. “Setelah sukses kita mau bikin apapun pasti bisa dengan mudah dan barokah, karena kita pengusaha muslim yang juga didasari keimanan,” tukasnya.
Ia pun mencontohksn Heru Purnomo, owner HJ Karpet. “Ya contohnya Pak Heru, orang yang sdh mampu mewujudkan mimpi.
Dari sermula kepepet bermacam kebutuhan, sehingga mulai berani berjualan apapun. Akhirnya ketemu jodoh dengan jualan karpet. Ternyata terus berkembang pesat. Ia pun tak lagi kepepet karena kurang duit, amaliahnya pun tidak kecil,” pungkasnya.
Apa yang diungkapkan pun diakui oleh Heru Purnomo, pria 47 tahun yang 11 tahun lalu masih serba kekurangan. Kini mampu menghidupi 150 orang karyawan. Tidak lain omzet jualan karpet dari dua pabrik miliknya sudah mencapai miliaran rupiah. Bahkan sudah menjajal dipasarkan ke luar negeri walau masih melalui agen.*