JAKARTA, TrijayaNews.id – Dengan angka kematian seluruh dunia akibat virus corona mencapai 500.000, WHO memperingatkan pada Senin, bahwa pandemi belum akan berakhir dalam waktu dekat.
“Walaupun banyak negara mengalami kemajuan, pandemi semakin cepat,” kata Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual, dikutip dari Anadolu, Selasa (30/6).
Enam bulan setelah China pertama kali memperingatkan badan PBB tersebut terkait infeksi pernapasan baru ini, kasus infeksi yang terkonfirmasi telah mencapai angka 10 juta.
Di Amerika Latin, virus corona terus menyebar. Brasil, Peru, Chile, dan Meksiko di antara negara yang paling terdampak di dunia.
Demo di Brasil
Di ibu kota negara, Brasilia, pengunjuk rasa memasang 1.000 salib di halaman depan Kongres sebagai penghormatan kepada korban Covid-19. Demonstrasi juga sebagai bentuk protes terhadap Presiden Jair Bolsonaro, yang dituding meremehkan pandemi.
“Brasil menderita rasa sakit luar biasa, rasa sakit tersembunyi yang berdenyut di hadapan banyaknya kematian yang disebabkan oleh Covid-19,” kata penyelenggara unjuk rasa dalam sebuah pernyataan.
Demonstrasi simbolis dan hening itu mengingatkan kembali kepada lebih dari 58.000 korban yang meninggal akibat pandemi virus corona di Brasil.
Dengan lebih dari 1,3 juta kasus tercatat dan hampir 60.000 kematian, Brasil mengalami lonjakan dalam grafik sebagai hotspot global pandemi.
Karantina Ketat di Kolombia
Ketika Kolombia menghadapi tugas berat membuka kembali sektor ekonomi tertentu, negara ini mencatat 92.000 kasus virus corona dan telah mencatat jumlah tertinggi infeksi dan kematian selama hampir sepekan.
Di ibukota Kolombia, Bogota, wali kota menyerukan kembalinya penerapan karantina yang ketat.
“Sebanyak 25 persen orang yang meninggal karena Covid-19 tidak memiliki riwayat penyakit lain,” kata Wali Kota Claudia Lopez.
Namun, Presiden Ivan Duque menyerukan agar warga Kolombia belajar hidup dengan virus di tengah-tengah puncak penularan yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Negara ini mencatat 3.256 kasus kematian pada Senin.
Warga Haiti Tak Percaya Pemerintah
Haiti mencatat 5.847 kasus virus corona dan 104 kematian. Dokter melaporkan pasien mendatangi rumah sakit dalam kondisi parah karena mereka tidak ingin dites.
Alasannya, ketidakpercayaan terhadap pihak berwenang, dan beberapa warga bahkan takut dilalaikan jika dirawat di rumah sakit. Karena itulah para ahli percaya banyak kasus yang tidak dilaporkan.
Sebagian besar populasi Haiti yang berjumlah 11 juta tidak memiliki akses air bersih atau akses ke air yang mengalir, sanitasi dan fasilitas kesehatan, yang memungkinkan menjadi sumber penyebaran virus.