Trijayanews.id – Condet dikenal dengan kekayaan kuliner khas seperti dodol Betawi dan bir pletok, serta komunitas keturunan Arab yang memperkaya khazanah budaya setempat. Meski memiliki potensi budaya dan ekonomi yang besar, kawasan ini menghadapi tantangan nyata: makin terpinggirkan dari perhatian generasi muda.
Dahulu, Condet dikenal sebagai kawasan pertanian dan perkebunan, dengan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani buah, terutama salak dan duku. Namun, seiring waktu, lahan pertanian telah berkurang secara signifikan akibat alih fungsi lahan menjadi fasilitas perumahan dan komersial. Pada tahun 1976, Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, menetapkan Condet sebagai situs warisan budaya Betawi untuk melestarikan lingkungan dan tradisi lokalnya. Sayangnya, status ini dicabut pada tahun 1988 karena dianggap menghambat pembangunan daerah.
Saat ini, Condet terus mempertahankan identitasnya sebagai pusat budaya Betawi dan komunitas Arab-Indonesia, dengan masjid-masjid bersejarah dan toko-toko khusus yang menjual barang-barang Timur Tengah seperti parfum dan kurma. Pemerintah juga telah menetapkan Condet sebagai salah satu kawasan yang akan dikembangkan untuk wisata budaya Betawi, agrowisata, dan ekowisata guna melindungi warisan budaya dan lingkungannya. Meskipun modernisasi terus berlanjut, Condet masih mempertahankan beberapa perkebunan buah dan bangunan bersejarah yang menjadi daya tarik tersendiri.
Masyarakat Kampung Betawi Condet mengharapkan program-program mendatang dapat membantu membangun Condet sebagai destinasi kuliner yang terkenal dengan kuliner Betawi autentiknya. Mereka berharap mendapatkan dukungan branding yang kuat yang menonjolkan keunikan kuliner Betawi, menarik perhatian khalayak yang lebih luas, dan calon sponsor. Mereka juga berharap program-program ini akan memberdayakan mereka untuk mempromosikan dan mengelola usaha mereka secara mandiri. Melibatkan generasi muda merupakan bagian penting dari proses ini, tidak hanya untuk melestarikan budaya tetapi juga untuk mewariskan pengetahuan dan energi yang akan melestarikan tradisi kuliner di masa mendatang.
Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat: Gebyar UMKM Condet
Perencanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung UMKM melalui pemasaran digital dan keberlanjutan bisnis memang dibutuhkan, mengingat perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Dengan memberdayakan usaha kecil, setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan bertujuan untuk memperkuat ekonomi lokal, sekaligus mempromosikan UMKM Makanan Tradisional Betawi dan melestarikan usaha tradisional. Makanan Tradisional Betawi di Condet sangat penting untuk melestarikan warisan budaya, memberdayakan wirausahawan lokal, dan melestarikan tradisi kuliner yang unik. Dengan meningkatkan kesadaran publik melalui kampanye digital, narasi yang menarik, dan inisiatif berbasis komunitas, kita dapat membantu usaha kecil ini berkembang dan tetap relevan di pasar yang dinamis saat ini. Tindakan sederhana seperti mempromosikannya di media sosial dapat berkontribusi signifikan terhadap keberlangsungan dan pengakuan kuliner Betawi.
Dalam bukunya Community Development, Creating Community Alternatives – Vision, Analysis and Practice (1997), Jim Ife mendefinisikan pemberdayaan sebagai proses memberikan akses terhadap sumber daya, peluang, informasi, dan keterampilan kepada masyarakat. Tujuannya adalah agar mereka mampu menentukan arah masa depannya sendiri dan turut serta dalam memengaruhi dinamika kehidupan komunitasnya.
Kegiatan Pre-event yang dilakukan oleh mahasiswa LSPR Institut PRDC26-1SP dilakukan dalam dua bentuk, pertama adalah kegiatan bertajuk “Ngider ke Sekolah”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan acara kepada para pelajar tingkat SMA/SMK sekaligus mengajak mereka berpartisipasi dalam lomba video kreatif yang menjadi bagian dari program utama. Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara langsung di tiga sekolah yang berada di wilayah Jakarta Timur, dengan waktu kunjungan yang disesuaikan dengan jadwal masing-masing sekolah.
Pre-event kedua adalah “Nyok Kembangin UMKM Kite” dilaksanakan sebagai bagian dari rangkaian promosi menuju acara utama “Gebyar UMKM Condet”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan acara kepada 10 pelaku UMKM yang akan turut serta dalam acara puncak, sekaligus memberikan pendampingan guna meningkatkan kapasitas promosi dan branding usaha mereka. Kegiatan ini dilaksanakan secara langsung dalam bentuk sesi workshop yang diikuti oleh 10 UMKM terpilih dari wilayah Condet, Jakarta Timur.
Kegiatan diatas senada dengan pandangan Zubaedi (2013:162) yang tertuang dalam buku Pengembangan Masyarakat, konsep pemberdayaan lahir dari inisiatif penguatan modal sosial yang dimiliki suatu komunitas. Pemberdayaan masyarakat juga dipahami sebagai bagian dari pembangunan ekonomi yang sarat dengan nilai-nilai sosial, mencerminkan pendekatan pembangunan yang berfokus pada masyarakat (people-centered), bersifat partisipatif (participatory), mendorong kemandirian (empowering), dan berkelanjutan (sustainable). Pendekatan people-centered menekankan pentingnya pembangunan yang berpijak pada kebutuhan dan peran masyarakat. Sementara participatory mencerminkan keterlibatan aktif warga dalam proses pembangunan. Adapun empowering dan sustainable menggambarkan strategi pembangunan yang bertujuan memberdayakan komunitas secara berkelanjutan, sehingga tercipta kemandirian sosial dan ekonomi yang tahan lama.
Pemberdayaan masyarakat dalam bentuk kegiatan haruslah merupakan wujud nyata kolaborasi antara institusi pendidikan dan masyarakat dalam mendukung pemberdayaan ekonomi lokal, khususnya sektor UMKM yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian rakyat.