Trijayanews.id – Tahun 2025 menjadi tonggak bersejarah. Tahun ini, LSPR tak hanya mencatat prestasi di tingkat nasional, tetapi melesat ke panggung dunia.
Dalam World University Rankings for Innovation (WURI), LSPR dinobatkan sebagai peringkat 1 dunia dalam kategori Crisis Management. Ini menandai keberhasilannya dalam menjawab tantangan paling mendesak di masyarakat: krisis iklim, bencana alam, dan kerentanan sosial.
Keberhasilan ini tidak hanya mencerminkan kapasitas akademik dan kepemimpinan institusi dalam menghadapi krisis, tetapi juga menunjukkan kemampuan LSPR dalam mengembangkan program-program yang relevan dan responsif terhadap dinamika sosial global.
Sebagai lembaga pendidikan yang memadukan pendekatan praktis dan teoritis, LSPR terus membuktikan bahwa inovasi bukan sekadar jargon, melainkan bagian integral dari strategi pembelajaran dan kontribusi sosial mereka.
Secara keseluruhan, LSPR berhasil menduduki peringkat ke-268 dunia dalam pemeringkatan WURI 2025. Di luar pencapaian utama dalam manajemen krisis, LSPR juga mencatatkan posisinya di tiga besar dalam kategori-kategori strategis lainnya.
Sementara itu, untuk kategori SDG-Based Responses to Global Challenges, LSPR berhasil menduduki peringkat ketiga dunia, menunjukkan kontribusi aktif mereka dalam menjawab tantangan global melalui pendekatan berbasis Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Prestasi-prestasi ini tidak hanya memperkuat posisi LSPR sebagai pemimpin di tingkat regional, tetapi juga menjadikannya sebagai model institusi pendidikan tinggi yang visioner dan transformatif di mata dunia
Metodologi WURI: Mengukur Dampak, Bukan Angka
Lebih dari sekadar angka atau peringkat, pencapaian ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan memiliki kekuatan untuk melindungi kehidupan, memperkuat daya tahan komunitas, dan memberdayakan individu untuk menghadapi tantangan global.
World University Rankings for Innovation (WURI) adalah sistem pemeringkatan global yang menilai universitas bukan berdasarkan reputasi akademik semata, tetapi atas inovasi nyata, dampak sosial, dan kontribusi terhadap tantangan dunia modern.
Berbeda dari sistem pemeringkatan tradisional yang cenderung menekankan pada publikasi ilmiah, ukuran kampus, atau jumlah profesor bergelar doktor, WURI justru melihat bagaimana universitas membuat perbedaan dalam kehidupan masyarakat melalui pendekatan yang kreatif, relevan, dan berani.Peringkat WURI (World’s Universities with Real Impact) diterbitkan satu kali setiap tahun, dengan tujuan untuk menilai universitas berdasarkan dampak nyata dari inovasinya terhadap masyarakat, bukan sekadar peringkat akademis tradisional.
Untuk edisi tahun 2025, terdapat 1.253 universitas dari 87 negara yang berpartisipasi, dan mereka menyumbangkan 4.866 program inovatif unggulan sebagai bagian dari proses evaluasi.
Jumlah ini menunjukkan bahwa persaingan berlangsung sangat ketat dan hanya universitas dengan program paling berdampak dan dapat diterapkan yang berhasil masuk dalam daftar teratas.
Hasil akhir dari peringkat WURI 2025 diumumkan secara resmi pada tanggal 10 Juli 2025. Pengumuman ini dilakukan setelah melalui serangkaian proses evaluasi dan verifikasi yang sangat ketat dan komprehensif oleh panel evaluator internasional.
Menyatukan Ilmu dan Empati dalam Aksi Nyata
Namun kisah ini bukan sekadar daftar peringkat. Ia adalah kisah nyata tentang bagaimana sebuah institusi pendidikan memilih untuk tidak tinggal diam saat dunia menghadapi krisis, tetapi justru berdiri paling depan, membawa harapan dan solusi. LSPR Institute of Communication and Business telah membuktikan bahwa inovasi sejati adalah ketika ilmu dan empati berpadu menjadi aksi nyata.
Para mahasiswa dan dosen LSPR membaur dengan komunitas, menyerap kearifan lokal, menggabungkannya dengan sains modern, dan membangun strategi mitigasi yang berbasis komunitas. Mereka tidak membawa jawaban—mereka membangun jawaban bersama. Di sinilah pendidikan menemukan wajah manusianya.
Dan di saat dunia semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental, LSPR telah lebih dahulu mengambil langkah konkret. Melalui program Building Resilience: Mental Health and Well-Being, LSPR meraih peringkat 2 dunia dalam kategori Student Support and Engagement.
Tapi lebih dari penghargaan, yang paling berharga adalah senyum pulih para mahasiswa yang pernah hampir menyerah. Program ini tidak sekadar seminar atau sesi motivasi, tapi ruang aman yang sesungguhnya—diciptakan dari empati, didukung oleh sesama mahasiswa dalam Peer Support Team, dan dirawat dengan kasih oleh Student Guidance Office (SGO).
Langkah berani LSPR tidak berhenti di situ. Lembaga ini juga dinobatkan sebagai peringkat 3 dunia dalam kategori SDG-Based Responses to Global Challenges, berkat integrasi luar biasa dari Sustainable Development Goals (SDGs) ke dalam kurikulum mereka.
Di LSPR, pendidikan bukan sekadar hafalan dan tugas akhir—tetapi tentang membentuk generasi pemimpin yang memahami dunia dan bersedia memperbaikinya.
Melalui Kurikulum Keberlanjutan, mahasiswa LSPR belajar tidak hanya tentang 17 tujuan global, tetapi juga bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan nyata. Mereka merancang kampanye sosial, berkolaborasi dengan NGO, turun ke lapangan, dan menciptakan program yang menyentuh kehidupan masyarakat. Mereka tidak hanya tahu apa itu “iklim”, “kemiskinan”, atau “kesetaraan gender”—mereka berjuang di garis depan untuk menjadikan isu-isu itu prioritas bersama.
LSPR: Pendidikan, Nurani, dan Dunia Baru.
Kisah ini tak lepas dari kepemimpinan yang penuh visi dari Dr. (H.C) Prita Kemal Gani, MBA, MCIPR, APR, FIPR, pendiri dan CEO LSPR. Dalam setiap kata dan tindakannya, ia menunjukkan bahwa pendidikan harus selalu berpihak pada kemanusiaan.
“Prestasi ini adalah bukti nyata bahwa inovasi dan kepedulian sosial bisa berjalan beriringan dalam dunia pendidikan. LSPR Institute terus berupaya merancang program yang tidak hanya relevan, tetapi juga memberikan kontribusi langsung terhadap masyarakat dan berdampak kepada isu global,” tuturnya.
Senada dengan itu, Associate Prof. Dr. Andre Ikhsano, selaku Rektor LSPR, menegaskan bahwa pendidikan tidak boleh hanya menghasilkan lulusan yang pintar, tapi juga peduli. Bahwa mahasiswa yang pulang membawa empati, keberanian, dan kesadaran sosial adalah warisan paling berharga bagi bangsa ini. Di bawah kepemimpinannya, kampus menjadi ruang terbuka bagi dialog lintas generasi, lintas budaya, dan lintas pemikiran.
LSPR telah membuktikan bahwa menjadi unggul secara akademik tidak harus mengorbankan nurani. Bahwa universitas bisa sekaligus menjadi tempat yang merawat, menginspirasi, dan mempersiapkan generasi yang tak hanya siap kerja, tapi siap mencipta dunia baru. Dan jika hari ini LSPR diganjar penghargaan dunia, maka itu bukan karena LSPR ingin dilihat, tetapi karena LSPR selalu memilih untuk melihat—melihat manusia di balik angka, melihat harapan di balik masalah, dan melihat masa depan di dalam ruang kelas.
Ini bukan akhir dari perjalanan. Ini baru permulaan. Karena selama masih ada krisis yang harus dijawab, jiwa yang perlu didengar, dan dunia yang menunggu perubahan—LSPR akan terus berjalan, menyinari, dan menginspirasi.