PORT MORESBY, TrijayaNews.id – Papua Nugini merupakan salah satu negara di dunia yang berada di antrian terakhir dalam pelaporan kasus positif COVID-19. Namun dalam minggu ini, seketika jumlah kasus positif melonjak dua kali lipat. Hal ini sangat beresiko terhadap sistem kesehtan nasional negara jiran tersebut yang dinilai masih jauh dari layak dalam menghadapi skenario pandemi.
Dari data yang diperoleh dari Worldometer, sampai saat ini (27/07/20200) Papua Nugini telah melaporkan setidaknya 62 kasus positif COVID-19 dengan komposisi 0 kematian dan 11 pasien sembuh. Meskipun jumlah kasus masih relatif sedikit, jumlah ini telah meningkat sebesar dua kali lipat dari 32 kasus positif pada minggu lalu.
Pemerintah Papua Nugini mengkhawatirkan jumlah ini akan terus melaju kencang terutama di ibu kota Port Moresby yang padat. Selain itu, ada juga kekhawatiran bahwa penyebaran virus ternyata lebih besar daripada yang dilaporkan secara resmi. Pemerintah menyatakan bahwa diluar Port Moresby dimana kasus positif sedang melonjak tidak mendapatkan testing yang cukup, bahkan sangat terbatas.
Deputi pengendalian pandemi nasional Papua Nugini, Dr Paison Dakulala, mengatakan bahwa fasilitas isolasi pasien di negaranya yang berada di ibukota akan penih pada akhir minggu ini. “Fasilitas isolasi memiliki kapasitas 72 tempat tidur. Ketika telah mencapai batas kapasitas, kami mungkin akan mempertimbangkan kemungkinan lain, termasuk isolasi mandiri di rumah” Seperti yang dilansir dari The Guardian.
Dari beberapa kekhawatiran yang telah disebutkan, mungkin yang paling ditakuti adalah kemungkinan pekerja kesehatan banyak yang terinfeksi virus corona. Sejauh ini ada dua pekerja kesehatan di rumah sakit Port Moresby yang positif terjangkit virus corona.
Pimpinan rumah sakit Port Moresby, Dr Paki Molumi, mengatakan penanganan pasien telah terdistorsi oleh kekurangan staff dan menekankan semua pekerja kesehatan dari departemen manapun untuk ikut membantu dalam keadaan darurat seperti ini.
“Tantangan kami adalah untuk menangani setiap keadaan darurat untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa, dan dalam waktu bersamaan memastikan diri kami dan pasien lainnya aman dari COVID-19” ujar Dr Paki Molumi.
Pemakaian masker di tempat publik sudah menjadi kewajiban di ibu kota, dan kebijakan pembatasan sosial atau social distancing diperkirakan akan resmi diumumkan pada akhir minggu ini, dengan kemungkinan adanya larangan atau pembatasan penggunaan transportasi umum dan institusi-institusi pendidikan.